Powered by Blogger.
RSS

About

                                                        SENSASI DAN PERSEPSI


Dalam psikologi, dikenal dua istilah pemrosesan informasi yang diterima dari pengamatan, yaitu sensasi dan persepsi. Dalam pengertian yang sempit kedua istilah ini tidak dibedakan karena kedua fungsi ini merupakan dua proses yang melibatkan pengamatan. Tetapi, secara fungsional kedua fungsi psikis ini sangat berbeda.
A.    Sensasi dan Persepsi
Sensasi sebagai alat penerima sejumlah rangsang yang akan diteruskan ke otak. Sedangkan persepsi merupakan fungsi yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses mengelompokkan, mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsang sekaligus.[1]
Dengan begitu, proses persepsi pun lebih rumit daripada proses sensasi, karena proses ini melibatkan pemahaman dan penginterpretasian sekaligus.
Dalam ungkapan lain disebutkan, “Sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafisrkan stimulus yang telah ada di dalam otak”.
Untuk membedakan yang dimaksud sensasi dan persepsi secara lebih jelas, kita bisa membandingkatn potret sebuah pemandangan dengan lukisan pemandangan. Potret itu berupa pemandangan sebagaimana yang diterima alat indra, sedangkan lukisan pemandangan bergantung pada interpretasinya pelukis. Dengan perkataan lain, mata “menerima”, sedangkan pikiran “memersepsi”.[2]
B.    Pengertian Persepsi
Ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahan persepsi dengan pertanyaan, “Apa cirri-ciri keputusan yang baik tentang orang lain?”[3]
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perceptionberasal dari bahasa Latin perception: dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut Yusuf (1991:108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek, persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. [4]
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.[5]
Definisi lainpun menyebutkan, bahwa persepsi adalah membedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi (penafsiran) berdasarkan pengalaman terhadap suatu objek.[6]
Pareek memberikan definisi yang lebih luas, yaitu persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pencaindra atau data.
Dalam persepsi stimulus dapat dating dari luar, tetapi juga dapat dating dalam diri individu sendiri. Namun demikian sebagian terbesar stimulus dating dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan. Karena itulah banyak penelitian mengenai persepsi adalah persepsi yang berkaitan dengan alat penglihatan.[7]
C.    Ciri-Ciri Umum Persepsi
Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu pengindraan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:
1.       Modalitas: rangsang-rangsang yang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indra, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indra (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, bunyi untuk pendengaran, permukaan bagi peraba dan sebagainya).
2.      Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan latar belakang, dan lain-lain.
3.      Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti; cepat lambat, tua muda, dan lain-lain.
4.      Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: obyek-obyek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
5.      Dunia penuh arti: dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubunganya dalam diri kita.
D.   Hakikat Persepsi
1. Persepsi Merupakan Kemampuan Kognitif
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa yang telah diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu dan dikemudian hari akan diingat kembali.
Kesadaran juga mempengaruhi persepsi. Bila kita dalam keadaan bahagia, maka pamandangan yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam keadaan murung pemandangan indah yang kita lihat mungkin akan membuat kita merasa bosan. Ingatan juga berperan dalam persepsi. Indra kita secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus-menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara dan pengindraan yang lainnya dengan ingatan pengalaman masa lalu yang mirip. Proses informasi juga mempunyai peran dalam persepsi. Bahasa jelas dapat mempengaruhi kognisi kita, memberikan bentuk secara tidak langsung.
Pengujian hipotesis merupakan komponen pusat persepsi yang mengelola informasi. Sering terjadi interprestasi terhadap data pengindraan hanya mempunyai satu kemungkinan saja, sehingga “pencarian” untuk hipotesis persepsi yang tepat dilakukan dengan sangat cepat, otomatis dan berada sedikit dibawah alam kesadaran.
2.      Peran Atensi dalam Persepsi
Selama kita tidak dalam keadaan tidur, maka sejumlah rangsangan yang besar sekali saling berlomba menurut perhatian kita. Biasanya manusia dan hewan lainnya akan memilih mana yang rangsangan tersebut yang paling menarik dan paling mengesankan. Keterbukaan kita untuk memilih inilah yang disebut dengan atensi atau perhatian.
Beberapa Psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saringan (filter), yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam proses presepsi. Sebaliknya, psikolog lain yakni bahwa manusia mampu memusatkan atensinya terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan dengan secara aktif melibatkan diri mereka dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling bersaing.
Banyak psikolog sangat tertarik untuk mengetahui tempat atau tempat di dalam proses presepsi, di mana atensi memegang peranannya. Dari hasil penelitian diajukan pendapat bahwa atensi selalu aktif pada waktu tertentu, yaitu: mula-mula ketika menerima masukan dari dugaan indra, kemudian ketika harus memilih dan menginterprestasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan respon terhadap rangsangan tersebut.
Atensi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
1.    Intensitasnya
2.   Keterbatasn pada kepastian
E.    Ilusi
Ilusi merupakan kesalahan dalm persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta yang objektif yang disajikan oleh alat-alat indera kita.
1.    Ilusi disebabkan faktor-faktor eksternal
Gambar pada cermin serta gaung suara adalah ilusi tipe ini. Gambar atau bayangan dicermin kelihatannya terletak dibelakang kaca, ini disebabkan dari arah itulah cahaya datang mengenai mata kita. Gaung datang dari arah yang berlawanan dengan posisi kita berdiri, karena di situ pula suara tidak masuk kedalam telinga kita.
2.   Ilusi disebabkan kebiasaan
Rangsangan-rangsangan yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali, kita akan lebih mudah menimbulkan ilusi bila otak kita bisa dengan pengindraan visual yang mengandalkan perspektif maka akan terjadi kesalahan.
3.   Ilusi karena kesiapan mental atau harapan tertentu
Jika kita kehilangan sesuatu dan ingin sekali menemukannya kembali. Anda akan sering melihat sesuatu yang mirip barang tersebut.
4.   Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks
Bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif dari objek atau gejala tertentu.
F.    Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi
Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses pengindraan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi:
a.    Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu. Individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan.
b.   Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil yang kontras dengan latar belakangnya dan itensitas rangsangnya paling kuat.
c.    Nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya disbanding seorang bukan seniman. Penelitian juga menunjukan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar daripada anak-anak orang kaya.
d.   Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian.  
G.   Pengaruh Kebudayaan Terhadap Persepsi
Dalam pendekatan konvensional, persepsi masih dikaitkan dengan faktor-faktor saraf  dan faalnya  saja. Misalnya:  persepsi  tentang kedalaman (3 dimensi) di tentukan oleh pandangan dua mata (binokular) dimana terdapat perbedaan antara stimuli yang ditangkap antara retina kanan dan retina kiri (retinal disparity).                                                      
Contoh Pengaruh Kebudayaan Terhadap  Persepsi
Pengaruh kebudayaan tersebut bisa kita lihat pada suku-suku Afrika primitif yang hanya terbiasa dengan lingkungan alamiah dimana karya-karya merekapun lebih banyak berbentuk lingkaran-lingkaran dan lengkungan-lengkungan, tidak akan mengalami gejala ilusi Muller-Lyer  jika kepada meraka diperlihatkan kedua garis diatas karena persepsi mereka tidak dipengaruhi oleh kebiasaan  melihat garis-garis dan sudut-sudut. Buat  mereka, garis-garis  pada gambar  1 dan 2 akan dipersepsikan sama panjang.[8]
 Pengaruh kebudayaan termasuk kebiasaan hidup, tampak juga  dalam berbagai gejala hubungan manusia dengan lingkungan dalam kehudupan sehari-hari.  Penduduk  perkampungan kumuh di kota-kota  besar biasa menggunakan air kali untuk kepentingan mandi mencuci, dan kakus  mempersepsikan air kali itu sebagai sesuatu hal yang masih dalam batas-batas  optimal  sehingga mereka menggunakan ai kali itu  dengan enak saja. Sebaliknya orang biasa tinggal dipermukiman mewah, tidak mungkin akan menggunakan air  kali itu. Dengan demikian ,jelaslah bahwa persepsi ditentukan oleh pengalaman dan pengalaman dipengaruhi oleh kebudayaan.
H.  Persepsi dalam Pandangan Islam
Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan fungsi bahasa Al-Qur’an fung’an beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan antara lain:
1.    QS al-Mukminun ayat 12-14 disebutkan proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan telinga dan mata,tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan berpasangan.
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
2.   QS. An-Nisa disebutkan alat sensor lain yang merasa dan mengirimkan sinyal-sinyal dari rangsang yang diterimanya. Indra ini dinamakan dengan indra yang terkait dengan kulit.Begitu juga dalam QS. Al-Anam ayat 7 terkait dengan kemampuan  menyadari indra yang berhubungan sifat rangsang sentuhan.
3.   Persepsi Penginderaan Fisik/Non Fisik (Fushilat:53)
4.   Isytiflaf, pengetahuan peristiwa yang berada jauh dari jangkauan. (yusuf:94)
5.    Peristiwa fatamorgana yang dialami orang kafir sebagai bagian dari ilusi (Qs. An-Nur:39).





[1] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Kencana, Jakarta, 2008, hal.98
[2] Alex Sobur, Psikologi Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2003, hal. 472.
[3] Ibid, hal. 445.
[4] Ibid, hal. 446.
[5] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, 2004, hal. 88.
[6] Rahman Shaleh, Psikologi, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, hal.110.
[7] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, 2004, hal. 88.
[8] Abdul Rahman Shaleh.Psikologi Suatu pengantar dalam perspektif Islam.hal.131.kencana.2008.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment